Sekolah Tarjih Internasional ke-5: Meneguhkan Manhaj, Melahirkan Ulama Berwawasan Global
Ahad (14/9), Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan bersama Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) se-Timur Tengah dan Afrika secara resmi membuka gelaran Sekolah Tarjih Internasional ke-5. PCIM Tunisia dan PCIM Yaman sebagai panitia pelaksana berhasil menghimpun 134 peserta dari berbagai penjuru dunia Arab dan Afrika. Tercatat 9 PCIM turut berpartisipasi dalam acara perkaderan ulama Muhammadiyah yang digelar setiap tahun ini.
Kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman tarjih dan mempersiapkan ulama masa depan yang berwawasan global ini, dibuka oleh Dr. Miftah Hilmi Hidayatullah, Lc., M.Hum., yang merupakan ketua Pusat Tarjih Muhamadiyah UAD sekaligus anggota Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Kajian Al-Qur’an dan Hadits. Kegiatan yang secara rutin diadakan setiap tahun ini, diadakan secara daring melalui zoom meeting.
Dalam sambutannya, Ketua Pusat Tarjih PP Muhammadiyah menekankan pentingnya semangat berkemajuan yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Bahwa Muhammadiyah tidak ingin terjebak pada perdebatan-perdebatan yang telah menahun terjadi hingga menjadi kontraproduktif, melainkan persyarikatan ini menginginkan umat Islam fokus terhadap apa yang ada didepan mata dan di masa depan. Hal ini diperlihatkan dalam usaha Muhammadiyah merekonstruksi kembali pemahaman terhadap Al-Qur’an melalui karya Tafsir At-Tanwir. “Diharapkan tafsir ini tidak sekedar mengulang tafsir terdahulu, tetapi dapat memberi kontribusi baru dalam menyahuti problem umat masa kini,” ujarnya.
Miftah menjelaskan bahwa Sekolah Tarjih berfokus pada kajian Manhaj Tarjih Muhammadiyah, sebagaimana disusun Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. Peserta akan mengikuti rangkaian pre-test dan post-test, sekaligus diarahkan menghasilkan artikel yang dapat dipublikasikan melalui website atau jurnal. Dengan begitu, kegiatan ini tidak berhenti pada kajian materi, melainkan diuji pemahamannya dan diimplemenasikan dalam karya yang nyata.
Dalam sesi diskusi, beliau menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan tajdid dan islah yang menempuh jalan sosial-budaya, pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang membedakannya dengan tokoh lain yang lebih mengedepankan jalur politik-militer. Muhammadiyah memilih jalan dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan umat.
Acara pembukaan ini ditutup dengan ajakan agar peserta aktif berdiskusi, menulis, dan mengembangkan tradisi tarjih. “Kita ingin melahirkan kader ulama tarjih yang mampu menjawab tantangan zaman, sekaligus tetap berakar pada sumber ajaran Islam yang otentik,” pungkas Dr. Miftah.
Pada edisi kelima ini, Sekolah Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan dalam empat sesi yang secara berkesinambungan menguraikan tema besar mengenai Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Rangkaian ini dimaksudkan agar para peserta memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai dasar, arah, dan prosedur tarjih dalam Muhammadiyah. Sesi pertama akan dibuka oleh Ustadz Dr. Ruslan Fariadi AM, S.Ag., M.S.I., pada Ahad (21/09), dengan materi berjudul “Serba Serbi Majelis Tarjih.” Pertemuan ini bertujuan memperkenalkan berbagai bentuk, peran, dan esensi Majelis Tarjih sehingga peserta dapat memahami kedudukannya sebagai lembaga strategis dalam Muhammadiyah.
Selanjutnya, pada sesi kedua yang berlangsung pada Ahad (28/09), Ustadz Dr. Hamim Ilyas, M.Ag., akan menyampaikan materi “Pengertian dan Perspektif Manhaj Tarjih.” Paparan ini akan menegaskan landasan berpikir dan kerangka metodologis Muhammadiyah dalam menghadapi dinamika keagamaan dan sosial. Dengan demikian, pembahasan sesi kedua akan melengkapi pemahaman dasar yang telah diberikan pada sesi pertama.
Memasuki sesi ketiga, yang dijadwalkan pada Ahad (05/10), Prof. Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag., akan membawakan materi “Sumber Ajaran Agama Islam Perspektif Tarjih.” Pada pertemuan ini, peserta diajak untuk menelaah secara lebih mendalam mengenai sumber-sumber ajaran Islam dalam perspektif tarjih, baik yang bersifat tekstual maupun paratekstual. Materi ini menjadi jembatan penting untuk memahami bagaimana manhaj tarjih bekerja secara operasional.
Sebagai penutup, sesi keempat akan diisi oleh Ustadz Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A., pada Ahad (12/10), dengan tema “Tiga Pendekatan (Bayani, Burhani, & Irfani) dan Prosedur Teknis Tarjih.” Pada tahap akhir ini, peserta akan diperkenalkan kepada perangkat metodologis yang digunakan dalam praktik tarjih, sekaligus prosedur teknis yang menjadi panduan dalam proses pengambilan keputusan tarjih Muhammadiyah. Dengan demikian, keseluruhan rangkaian empat sesi ini diharapkan membentuk pemahaman yang utuh, dari dasar-dasar konseptual hingga penerapan praktis manhaj tarjih.
Semoga dengan terselenggaranya Sekolah Tarjih edisi ke-5 ini dapat menjadi langkah strategis bagi Muhammadiyah dalam mencetak kader-kader yang senantiasa berorientasi pada Islam berkemajuan. Terlebih, kegiatan ini ditujukan bagi seluruh mahasiswa yang sedang menempuh studi di Timur Tengah dan Afrika, yang sejak dahulu dikenal sebagai pusat peradaban Islam. Harapannya, melalui kegiatan ini kader Muhammadiyah mampu mewujudkan peradaban baru yang berkontribusi bagi terbangunnya Indonesia yang sejahtera, damai, dan berkemajuan. Besar harapan pula agar kegiatan ini membawa kebaikan bagi semua pihak baik bagi bangsa, bagi Muhammadiyah, maupun bagi seluruh umat manusia. Kepada para peserta Sekolah Tarjih, semoga dapat mengikuti kegiatan ini dengan penuh semangat dan antusiasme, sehingga kelak menjadi kader-kader Muhammadiyah terbaik di masa depan.