Dari Teori ke Praktik: Peserta Pelatihan UAD Mahir Ukur Kiblat dengan Theodolite dan Rashdul Kiblat
YOGYAKARTA – Pusat Tarjih Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Pusat Studi Astronomi (Pastron) UAD, dan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY berkolaborasi menyelenggarakan Pelatihan Ukur Arah Kiblat pada Selasa, 15 Juli 2025 (20 Muharam 1447 H). Bertempat di Ruang Serba Guna Lantai 10 Kampus IV UAD Yogyakarta, pelatihan ini menjadi wadah perkaderan ahli ukur kiblat yang diharapkan mampu berkontribusi dalam pengukuran arah kiblat di berbagai wilayah.
Pembukaan dan Harapan Masa Depan
Acara dibuka oleh Dr. Miftah Khilmi Hidayatulloh, Lc., M.Hum., selaku Ketua Pengelola Pusat Tarjih Muhammadiyah. Dalam sambutannya, Miftah menyampaikan harapannya agar pelatihan ini dapat melahirkan ahli ukur kiblat yang kompeten. “Pelatihan ini diharapkan menjadi tempat perkaderan ahli ukur kiblat,” ujarnya. Ia juga mengungkapkan bahwa Pusat Tarjih UAD sebelumnya telah berhasil melakukan pengukuran kiblat di lebih dari 100 masjid dan musholla di wilayah DIY. Para peserta pelatihan nantinya akan mendapatkan Rencana Tindak Lanjut (RTL), termasuk praktik pengukuran kiblat secara langsung, sebagai implementasi ilmu yang telah didapatkan. Miftah tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada UAD atas dukungan penyelenggaraan acara dan pendanaan pengukuran kiblat yang telah berjalan.
Metode Pengukuran dan Toleransi Arah Kiblat
Materi pertama disampaikan oleh Drs. Mutoha Arkanuddin, Ketua Rukyatul Hilal Indonesia. Ia memaparkan metode pengukuran arah kiblat, dimulai dari sejarah kiblat, konsep arah atau azimuth, satuan angka dalam arah kiblat, hingga sistem koordinat bumi yang mencakup lintang dan bujur. Mutoha menjelaskan bahwa meskipun terdapat berbagai pendapat mengenai toleransi kemiringan kiblat, baginya toleransi yang dapat diterima adalah 2,5 derajat.
Fikih dan Pentingnya Arah Kiblat dalam Kehidupan
Sesi kedua diisi oleh Dr. H. Oman Fathurohman SW, M.Ag. dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Materi yang disampaikannya berfokus pada fikih dan pengukuran arah kiblat. Oman menegaskan pentingnya arah kiblat dengan menguraikan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadis. Ia menjelaskan bahwa penggunaan kiblat tidak hanya terbatas pada salat, tetapi juga relevan dalam praktik mengubur jenazah, melempar jumrah, berdoa dan berzikir, menyembelih binatang kurban, dan bahkan buang hajat tidak menghadap kiblat. Selanjutnya, Oman memaparkan tentang segitiga bola sebagai rumus penentuan arah kiblat, dan para peserta berkesempatan untuk mencoba mempraktikkan perhitungan kiblat untuk Kota Yogyakarta.
Praktik Langsung dengan Theodolite
Sesi praktik pengukuran arah kiblat menjadi inti dari pelatihan ini. Materi ketiga dipandu oleh tim ukur kiblat Pusat Tarjih UAD dan Pastron, dengan arahan dari Najmuddin Saifullah, S.Pd., M.H. dari Majelis Tarjih dan Tajdid PWM DIY. Tim menjelaskan langkah-langkah detail dalam pengukuran kiblat di suatu tempat menggunakan Theodolite. Para peserta diberikan kesempatan untuk langsung mempraktikkan penggunaan alat ini di lantai teratas UAD, memanfaatkan posisi matahari langsung sebagai metode pengukuran kiblat terbaik.
Rashdul Kiblat: Penentuan Arah Kiblat Paling Mudah
Materi terakhir disampaikan oleh Yudhiakto Pramudya, Ph.D. dari MTT PWM DIY, dengan tema Praktik Rashdul Kiblat. Beruntungnya, pelatihan ini bertepatan dengan peristiwa rashdul kiblat, yaitu ketika matahari tepat berada di atas Ka’bah. Yudhiakto menjelaskan bahwa metode ini merupakan cara penentuan kiblat paling mudah. “Dengan membuat tiang tegak lurus, bayang-bayang yang terbentuk oleh matahari pada pukul 16:27 WIB adalah arah kiblat,” jelasnya. Ini dikarenakan pada saat tersebut, matahari berada tepat di atas Ka’bah, sehingga bayangan yang terbentuk di mana pun akan menghadap ke Ka’bah.
Pelatihan ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak ahli ukur kiblat yang kompeten dan berkontribusi dalam meluruskan arah kiblat di berbagai penjuru.